Friday 1 March 2013

MASA LALU BIARLAH BERLALU ( HIDUP HARUS TETAP BERJALAN )



Ingrid Diana Ardista adalah nama lengkapnya. Nama panggilannya adalah Dista. Ia sekarang bersekolah di sebuah SMA ternama di Bandung. Di sinilah cerita kita bermula.
Dista adalah anak kelas 1 di tahun ajaran ini. Tentu sebagai murid baru, Dista beserta siswa baru lainnya harus menjalani MOS alias Masa Orientasi Siswa. MOS berlangsung selama tiga hari. Selama MOS, para siswi harus mengepang rambut mereka sebanyak lima kepangan dengan pita yang berwarna-warni. Untuk siswa, mereka hanya disuruh untuk memakai topi dari koran yang harus di desain seunik mungkin. Selain itu, mereka juga disuruh untuk mengenakan tas dari karung dan membawa bekal yang aneh-aneh setiap harinya.
Pada hari kedua MOS, Dista lupa membawa salah satu bekalnya, yaitu 999 butir kacang hijau. Dista sangat panik sekali sampai-sampai ia meneteskan air matanya. Darwin Herjuno Aditya alias Darwin si cuek yang melihat nya menangis pun menghampirinya.
“Loe kenapa?”. tanya Darwin.
“Gue lupa bawa kacang ijo”. jawabnya seraya menahan tangisnya.
“Oh, nih ambil aja punya gue.” Kata Darwin seraya menyodorkan kacang ijo nya dan berlalu meninggalkan Dista.
 “Tuh cowok kok baik banget ya. Padahal kita nggak kenal sebelumnya. Semoga dia nggak dihukum deh” Batin Dista
Pada saat pengecekan bekal
“Bagi yang tidak lengkap bekal nya silahkan maju ke depan.” Ucap kaka senior.
Darwin pun segera maju ke depan tetap dengan sikap cueknya. Lalu kaka senior pun bertanya padanya.
“Apa yang tidak kamu bawa dan kenapa?” Ucap kaka senior
“999 butir kacang ijo. Tadi waktu di depan, ada pengemis yang nangis dan bilang kalo dia butuh kacang ijo. Kebetulan lagi bawa, ya udah gue kasih aja kacang ijo gue ke pengemis itu.” Jawabnya.
Spontan Dista pun kaget dan sangat tersinggung sekali. Jadi, tadi cowok itu menolongnya hanya karena menganggap bahwa dia seorang pengemis. Dista sangat tersinggung sekali dan sejak saat itupun ia sangat benci terhadap cowok itu. Menyesal ia sempat memujinya.
MOS hari kedua berakhir. Dista pun mendapatkan sohib barunya. Namanya Anindita Fitria Putri. Ia akrab disapa Nindi. Dista pun menceritakan mengenai si cowok cuek tersebut pada Nindi. Nindi hanya tertawa mendengar cerita Dista.
“Jadi, yang dimaksud Darwin tadi tuh loe? Hahahaha” ucapnya sambil tertawa.
“Iya. Puas loe. Oh, nama itu cowok Darwin. Baru tau gue.” Balas Dista.
“Iya. Masak loe baru tau sie. Kemana aja loe?????? Sejak kemaren, cewek-cewek termasuk kaka senior udah pada tergila-gila ama dia.” Jelas Nindi.
“Jangan-jangan loe juga yya?” selidik Dista.
 “Kalo gue sie nggak kepincut ama dia. Gue kan uda suka ama Radit”.
 “Ohhh.....hahaha. loe suka ama dia? Dia kan sahabat gue dari kecil. Dia emang baik. Cocok lah kalo loe suka.” Jawab Dista.
Memasuki hari ketiga MOS  
Hari ini mereka tidak disuruh membawa bekal. Hanya membawa 2 bungkus mie instan dan seperangkat alat tulis untuk baksos. Hari ini mereka akan resmi menjadi murid di SMA ANGKASA 27. Mereka sangat antusias sekali menjalani MOS hari itu. Murid-murid baru itu. Sebagian ada yang ikut ke panti asuhan untuk baksos, sebagian lagi tinggal di sekolah untuk membersihkan ruangan kelas. Kebetulan,, Dista masuk ke kelompok yang pergi bersama dengan Darwin, Nindi dan Radit. Dista berusaha menahan amarahnya pada Darwin. Tapi, tetap saja tidak bisa tersembunyikan. Ia manyun mengetahui hal tersebut.
Nindi berusaha menenangkan Dista. Dan membuat Dista tidak manyun lagi.tapi, manyunnya Dista kembali datang dan bertambah setelah Ia tahu kalau Ia harus duduk disamping Darwin. Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam seribu bahasa tanpa ada sepatah kata pun terucap. Darwin tetap asik dengan MP3 kesayangannya dan tidak memperdulikan Dista yang sedari tadi manyun terus. Karena tempat duduknya berjauhan dengan Nindi, ia pun mengirimkan sms pada Nindi.
Dalam sms mereka
“eh,,, loe enak banget sie bisa duduk ama cowok yang loe suka. Gue nih sengsara abis.” Gerutu Dista.
“hahahaha...udah...terima aja nasib.” Balas Nindi.
“Jahat. Pindah dong..”
“nggak mau.”
 Perjalanan hanya berkisar satu jam, tapi Dista merasa seperti satu tahun. Dalam kesebelannya, ia pun tertidur. Tak lama kemudian mereka sampai. Manyunnya Dista berubah menjadi senyum manis penuh iba ketika melihat anak-anak di panti. Mereka bisa tetap tersenyum walaupun mereka tidak pernah tau siapa gerangan orang tua mereka. Sejenak ia pun tertunduk mengingat orang tua nya yang berada di luar negeri. Ia selalu merengek menyuruh orang tuanya pulang, padahal mereka bekerja juga untuk dirinya. Moment itu sangat bermakna baginya.
2 jam berlalu rombongan pun kembali ke sekolah untuk meresmikan penutupan MOS.
“Dengan ini, saya nyatakan. MOS tapel 2010/2011 telah berakhir. Dan selamat datang untuk para siswa baru disekolah ini. Jadilah siswa siswi yang bermoral dan berprestasi.” Ucap Pak Andika sang Kepsek.
Tepuk tangan riuh mengiringi penutupan MOS tahun ini. Besok para siswa tersebut sudah diperkenankan mengenakan seragam sekolahnya.
Hari pertama pelajaran sekolah
Murid-murid baru telah memasuki kelas masing-masing. Dista satu kelas dengan Nindi dan Radit. Betapa senangnya ia. Tapi, ia juga satu kelas dengan si Darwin. Ternyata, Darwin adalah teman Radit disebuah klub basket di Bandung. Mereka pun terbilang akrab. Dista yang mengetahui hal itu hanya bisa terbengong-bengong.
Kok bisa ya, sahabat karibnya itu betah temenan ama cowok super cuek dan nyebelin kaya si Darwin???. Ya sudahlah, udah takdir kali. Batinnya.
Hari itu belum ada pelajaran. Para guru hanya berkenalan dan menyuruh murid-murid untuk memperkenalkan diri mereka. Mereka juga berkenalan dengan wali kelas mereka, yaitu Bu Aulia. Beliau masih muda, sangat cantik dan rendah hati , umurnya baru 27 tahun. Tapi, ia sudah menikah. Kasihan deh si cowok-cowok....:p.
Dikelas barunya, Dista segera mendapat banyak teman. Dan mereka pun dapat langsung akrab. Sejenak Dista sudah akrab dengan semua teman kelasnya, kecuali satu orang. Darwin. Disaat yang lain sibuk berkenalan satu sama lain, Darwin tidak sedikitpun berkata dan bergerak dari tempat duduknya. Ia hanya diam sedari ia sampai di kelas. Dista merasa aneh dan juga penasaran dengan Darwin. Pikirnya, Darwin adalah sosok yang suka ngomong dan angkuh. Tapi ternyata Darwin seorang yang pendiam. Ia pun menahan rasa penasarannya dan berniat menanyakannya pada Radit pulang sekolah  nanti.
Saat bel pulang sekolah berbunyi
Semua siswa telah bersiap untuk pulang. Setelah guru mengakhiri kelas, mereka pun bergegas keluar dari kelas mereka. Dista menahan Radit pergi duluan karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan padanya.
“Dit, tunggu! Jangan pulang dulu. Gue pengin tanya sesuatu sama loe.” Ucap Dista.
“Aduh, Dis. Loe mau ngomong apa sih???? Sorry, gue nggak bisa sekarang. Gue lagi buru-buru nih. Lain kali aja ya!” jawab Radit seraya bergegas dan meninggalkan Dista.
“Yaudah deh. Lain kali aja.” Balasnya.
“siip...” kata Radit dari depan kelas seraya mengacungkan jempol nya.
Dista pun pergi meninggalkan kelas dengan rasa penasaran yang masih bersarang dibenaknya.
Esoknya di depan gerbang sekolah .....
Darwin yang merasa bersalah atas perkataannya. Ia pun minta maaf pada Dista.
“Eh,,loe... Sorry ya.”
Dista pun menoleh dan berkata “loe ngomong ama gue?”
 “ Nggak. Gue ngomong ama setan.” Balasnya ketus.
“Yaudah.. sana ngomong ama setan. Dasar orang aneh.” Jawabnya sambil meninggalkan Darwin.
Dikelas.....
“eh nin, , loe tau nggak. Di kelas ini ada yang bisa ngomong ama setan lho..” kata Dista pada Nindi.
“yang bener loe???? Siapa emang???” tanya Nindi penuh penasaran.
“itu tuh yang duduk di pojokan.” Jawab Dista sambil menunjuk kearah Darwin.
“hahahahaha... yang bener aja loe. Masa sih???? Hahaha... ngawur deh loe.”
“iya. Gue serius.  Atau jangan-jangan dia juga setaan lagi... hiiiiii seremmmm..hahaha” tawanya puas sekali.
“udah-udah. Ntar dia marah lagi.”
“biarin. Gue nggak takut ama dia.”
“Terserah loe lah.”
Sepulang sekolah, barulah Dista mendapat masalah. Darwin mencegatnya dan membuat perhitungan dengannya.
“Mau loe apa sih?” tanya Darwin.
“Gue? Gue Cuma mau loe minta maaf.”
“Loe budeg ya?? Nggak denger apa tadi pagi gue minta maaf ke loe????. Perlu gue anterin ke THT????” jawab Darwin ketus.
“Kok loe nyolot sih????? sekarang siapa yang harusnya marah ama siapa????” balasnya.
“Ahhh ,,terserah loe aja. Dasar cewek aneh.”
Darwin pun berlalu dari hadapan Dista. Dista siang itu pulang sendiri, karena kebetulan supirnya tidak bisa menjemputnya. Saat sedang asyik berjalan dan menikmati pemandangan sekitar, tiba-tiba sekawanan preman menghadangnya. Mereka mengganggu Dista. Dista berusaha menghindarinya. Untung saja, ada Darwin yang membantunya. Darwin langsung menghajar premen-preman itu dan Dista pun selamat. Setelah preman pergi, ia pun mengantarkan Dista pulang karena Dista terlihat sangat syok sekali. Darwin pun tak tega melihatnya.
Saat sampai dirumah pun, Dista masih sangat syok. Lalu, Darwin mengabari Nindi dan Radit dan menyuruh mereka untuk datang ke rumah Dista.
Tak berapa lama kemudian
Radit dan Nindi sudah berada didepan rumah Dista. Keadaan Dista mulai membaik. Ia sudah tidak syok lagi. Dista pun menceritakan segalanya. Radit yang mendengar itu kaget lalu berkisah tentang Darwin.
“Guys, sebenarnya, Darwin trauma dengan para preman. Karena tiga tahun yang lalu, pacar Darwin, Afra. Meninggal gara-gara terbunuh oleh preman. Afra adalah satu-satunya cewek yang sangat dicintai Darwin. Darwin sangat terpukul atas kejadian itu. Dari saat itu sampai sekarang, pintu hati Darwin terkunci untuk cewek manapun. Keluarga Darwin dan bahkan keluarga Afra telah meminta Darwin untuk melupakan Afra dan sesegera mungkin mencari penggantinya. Tapi, apa boleh dikata, dalam hati Darwin hanya terukir nama Afra. Baginya, hanya ada Afra.”
“Dia tuh nyesel banget. Pada saat Afra terbunuh, mereka tuh sedang dalam perjalanan menuju rumah Darwin untuk merayakan 3rd anniversary hubungan mereka. Dia selalu merasa kalau kematian Afra disebabkan olehnya.”
“Tragis banget yya. Gue nggak nyangka banget. Kasihan Darwin.” Ucap Nindi penuh iba.
“Yah,, begitulah. Kita semua juga sedih. Tapi, gue salut banget ama dia. Meskipun dalam hatinya sangat rapuh, ia nggak pernah nunjukin rasa sakitnya didepan semua orang. Mereka nggak akan nyangka kalo dibalik kecuekan Darwin, terselip luka hati yang menganga lebar.”
Dista yang mendengar itu,, tiba-tiba meneteskan air mata.
“Gue harap loe bisa bantu Darwin untuk merelakan dan melupakan Afra. Jadilah pelangi dihidupnya. Hapuskan kesedihannya. Gue tau loe orang yang cocok.” Ucap Radit.
“Kenapa harus gue?” tanya Dista.
“Karena loe mirip banget sama Afra.” Ucap Radit.
“Kalo gitu,, bantu aja, Dis. Kasihan Darwin. Gue tau kok, kalo loe pasti bisa.” Dukung Nindi.
“Kalian yakin??” tanya Dista.
Serentak Radit dan Nindi pun mengangguk dan berkata..” yakin..”
Mereka pun tertawa bersama dan menyatukan tekad..
“Mari kita sembuhkan luka hati Darwin dan membantunya ceria lagi.” Ucap Radit penuh semangat.
“yyuuukkkk.... marrri cyyinnnnnnnn...”hahahahhahaha.
Keesokan harinya disekolah...
Dista bertemu Darwin ditaman sekolah.
“Win, gue ganggu loe nggak???” Kata Dista mengawali pembicaraan.
Darwin hanya menggeleng tanpa berkata apa-apa.
”Makasih yya buat kemarin.“ ucap Dista.
“Santai aja. Cuma gitu doang. Nggak usah terlalu lebay”
Dista yang semula sudah mulai iba pada Darwin, merasa kesal kembali.
“yaudah. Gue Cuma mau bilang itu doang.” Katanya sambil beranjak dari samping Darwin.
Darwin hanya diam dan membiarkannya pergi.
3 bulan kemudian.....
Hubungan Darwin dan Dista tidak mengalami perkembangan. Tapi, ternyata Selama 3 bulan ini, Dista sudah mulai mencintai Darwin. Diam-diam ia selalu memperhatikan Darwin.
Sekolah mereka mengadakan Camping. Bagi siswa kelas 1 diwajibkan untuk ikut. Tiada yang boleh absen. Mereka menuju ke tempat camping naik bus. Seperti biasa, Dista selalu mendapat jatah duduk disamping Darwin. Perjalanan pun berlalu begitu saja dan mereka tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Setelah tenda berdiri, Mereka bebas sampai waktu makan malam. Dista ingin jalan-jalan, tapi Nindi tidak bisa ikut karena agak kurang enak badan. Jalanlah Dista sendirian. Dista bertemu dengan Darwin di sungai, saat ia berada didekat Darwin, ada rasa yang tak biasa terasa di hatinya. Ia pun mencoba menetralkan hatinya terlebih dahulu sebelum memulai percakapannya dengan Darwin.
“Loe kenapa?” tanya Darwin yang melihat Dista.
“hemmmhhh.... gue nggak kenapa-kenapa.” Jawabnya yang masih terkejut.
“Gue minta maaf kalo selama ini gue udah bersikap kurang baik ke loe. Gue salah. Nggak seharusnya gue sejudes dulu ke loe. Loe itu baik.” Ungkap Darwin.
“ckkk,, santai aja. Nggak usah lebay”. Jawabnya singkat.
“loe niru gue. Dasar nggak kreatif.” Ledek Darwin.
“enak aja loe. Gue tuh kreatif tau...” bantah Dista.
“Hahaha...iyya,,terserah loe aja.” Balas Darwin.
Malam hari saat api unggun.......
Dista yang merasa sudah tidak bisa memendam perasaaannya, berniat akan mengutarakannya pada Darwin. Nindi dan Radit pun menyetujui rencana itu. Mereka yakin kalau Darwin akan menerima Dista.
Bertemulah mereka dan terungkaplah semua perasaan Dista pada Darwin. Tapi sayang, tidak berakhir indah. Darwin menolaknya. Bukan karena Darwin tidak menyukai Dista. Tapi, Darwin masih belum bisa melupakan Afra. Darwin takut kalau perasaannya pada Dista hanya karena ada bayang Afra dalam dirinya. Darwin ingin mencintai Dista sepenuhnya, karena diri Dista sendiri. bukan karena bayang Afra.
Dista yang kecewa hanya bisa menangis meninggalkan Darwin dan kembali ke tendanya. Ia ingin pulang, ia tak sanggup melihat Darwin lebih lama lagi. Padahal masih ada tiga hari tersisa. Esoknya, Dista mengeluh sakit dan diijinkan pulang oleh panitia. Ya... yang sakit adalah hatinya. Seperti tersayat pisau tajam, luka yang menganga lebar dan kemudian tersiram dengan air garam. Sakiiitttttttt.
Radit yang mengetahui hal itu, sangat marah pada Darwin. Tapi, apalah mau dikata. Ia tak bisa berbuat apapun.
Seminggu kemudian
  Dista sudah bisa menerima kenyataan bahwa Darwin tidak menyukainya. Ia pun berniat untuk menghapus rasa cintanya ke Darwin dan melanjutkan hidupnya.
Suatu malam Di sebuah taman dekat rumah Dista..... Darwin dan Dista bertemu
“Dis,loe nggak apa-apa?” tanya Darwin
“Kenapa gue harus apa-apa?. Gue baik-baik aja.” Jawab Dista.
“Gue minta maaf.”
“Loe nggak salah apa-apa ke gue. Loe nggak perlu minta maaf. Mulai sekarang,, gue akan ngelupain rasa gue ke loe.”Jawabnya.
“Jadi, loe udah nyerah sama gue??” tanya Darwin.
“Hmmmmmm..”
“Gue pengen dech ketemu sama ibu peri di dongeng Cinderella. Dan Gue mau buat permintaan.” Kata Darwin
“Kalo Cuma permintaan, , ngapain harus ketemu ibu peri?. Tuh ada bintang jatuh. Cepet sana bikin permintaan.” Kata Dista.
“Gue nggak mau bintang jatuh. Karena gue punya lebih dari satu permintaan.” Jelas Darwin.
“Serakah......hahaha”
“Loe mau tau nggak apa permintaan gue?” promo Darwin.
“Nggak. Buat apa gue tau. Udah ah. Dah malem. Gue balik dulu. Loe pulang juga deh, besok kan sekolah. Good night...” ucapnya.
“Ya.” Jawab Darwin pasrah.
“(padahal gue berharap loe akan tanya apa permintaan gue)” batin Darwin.
Esoknya, Darwin harus pindah ke luar negeri dan melanjutkan sekolahnya disana. Darwin pergi dengan membawa perasaannya yang belum terungkap.
Tiga tahun kemudian,,,kembalilah Darwin ke Bandung. Mereka semua sudah lulus dan sekarang menjadi mahasiswa di sebuah Universitas ternama.
 Ternyata, dalam jangka waktu tersebut Dista masih belum bisa melupakan Darwin. Di tempat dan jam yang sama dengan tiga tahun yang lalu, Darwin bertemu dengan Dista. Disaat itulah,,
“Loe mau nggak denger permintaan gue ke ibu peri?.” Tanya Darwin.
“Gue mau loe untuk tetap suka gue. Bantu gue buat lupa sama Afra. Dan menjadi pengisi hati Gue yang kosong.”
Dista yang semula tidak memperhatikan Darwin sangat kaget mendengarnya. Mereka saling menatap satu sama lain. Mata mereka bertemu. Dari mata mereka dapat terlihat kalau mereka saling mencintai.
“Dis, gue sayang loe. Loe juga kan?” tanya Darwin.
“iya. Gue masih tetep sayang loe. Gue nggak bisa ngelupain loe.” Jawab Dista.
“Jadi, kita resmi nih?”
“Resmi apa? Loe aja belum nembak gue.”
“Dista, Gue suka sama loe. Mau nggak loe jadi pacar gue?” ucap Darwin.
“iya,, Darwin. Gue mau.”
Sejak malam itu, mereka pun resmi jadian. Mereka mengabadikan tanggal hari itu disebuah pohon. Esoknya, Dista pergi ke makam Afra dan menceritakan semuanya. Setelah selesai bercerita, tiba-tiba Darwin muncul. Berdo’alah mereka bersama untuk Afra. Dalam perjalanan mereka pulang, mereka bertemu dengan Nindi dan Radit, mereka pun juga sudah resmi jadian, tepat sehari setelah Dista dan Darwin jadian. Mereka pun merayakan jadian mereka dengan minum es kacang ijo bersama. Melihat kacang ijo, pikiran mereka semua kembali ke masa MOS dulu. Hening sejenak dan merekapun tertawa bersama.
“Cinta Dista-Darwin berawal dari 999 butir kacang ijo”. Celetuk Radit.
Merekapun tertawa bersama lalu Darwin berkata, “ Masa lalu biarlah berlalu, sekarang tidak ada tangis dan peratapan lagi. Life must go on.”
“Setuju,,,, “ jawab semuanya serentak.
Mereka semua sangat senang karena ini berakhir bahagia. Nindi-Radit dan Dista-Darwin. Bersama selamanya.


No comments:

Post a Comment