Ingrid Diana Ardista adalah nama lengkapnya.
Nama panggilannya adalah Dista. Ia sekarang bersekolah di sebuah SMA ternama di
Bandung. Di sinilah cerita kita bermula.
Dista adalah anak kelas 1 di tahun ajaran
ini. Tentu sebagai murid baru, Dista beserta siswa baru lainnya harus menjalani
MOS alias Masa Orientasi Siswa. MOS berlangsung selama tiga hari. Selama MOS,
para siswi harus mengepang rambut mereka sebanyak lima kepangan dengan pita
yang berwarna-warni. Untuk siswa, mereka hanya disuruh untuk memakai topi dari
koran yang harus di desain seunik mungkin. Selain itu, mereka juga disuruh
untuk mengenakan tas dari karung dan membawa bekal yang aneh-aneh setiap
harinya.
Pada hari kedua MOS, Dista lupa membawa salah
satu bekalnya, yaitu 999 butir kacang hijau. Dista sangat panik sekali
sampai-sampai ia meneteskan air matanya. Darwin Herjuno Aditya alias Darwin si
cuek yang melihat nya menangis pun menghampirinya.
“Loe kenapa?”. tanya Darwin.
“Gue lupa bawa kacang ijo”. jawabnya seraya
menahan tangisnya.
“Oh, nih ambil aja punya gue.” Kata Darwin
seraya menyodorkan kacang ijo nya dan berlalu meninggalkan Dista.
“Tuh cowok kok baik banget ya. Padahal kita
nggak kenal sebelumnya. Semoga dia nggak dihukum deh” Batin Dista
Pada
saat pengecekan bekal
“Bagi yang tidak lengkap bekal nya silahkan
maju ke depan.” Ucap kaka senior.
Darwin pun segera maju ke depan tetap dengan
sikap cueknya. Lalu kaka senior pun bertanya padanya.
“Apa yang tidak kamu bawa dan kenapa?” Ucap
kaka senior
“999 butir kacang ijo. Tadi waktu di depan,
ada pengemis yang nangis dan bilang kalo dia butuh kacang ijo. Kebetulan lagi
bawa, ya udah gue kasih aja kacang ijo gue ke pengemis itu.” Jawabnya.
Spontan Dista pun kaget dan sangat
tersinggung sekali. Jadi, tadi cowok itu menolongnya hanya karena menganggap
bahwa dia seorang pengemis. Dista sangat tersinggung sekali dan sejak saat
itupun ia sangat benci terhadap cowok itu. Menyesal ia sempat memujinya.
MOS hari kedua berakhir. Dista pun
mendapatkan sohib barunya. Namanya Anindita Fitria Putri. Ia akrab disapa
Nindi. Dista pun menceritakan mengenai si cowok cuek tersebut pada Nindi. Nindi
hanya tertawa mendengar cerita Dista.
“Jadi, yang dimaksud Darwin tadi tuh loe?
Hahahaha” ucapnya sambil tertawa.
“Iya. Puas loe. Oh, nama itu cowok Darwin.
Baru tau gue.” Balas Dista.
“Iya. Masak loe baru tau sie. Kemana aja
loe?????? Sejak kemaren, cewek-cewek termasuk kaka senior udah pada
tergila-gila ama dia.” Jelas Nindi.
“Jangan-jangan loe juga yya?” selidik Dista.
“Kalo
gue sie nggak kepincut ama dia. Gue kan uda suka ama Radit”.
“Ohhh.....hahaha.
loe suka ama dia? Dia kan sahabat gue dari kecil. Dia emang baik. Cocok lah
kalo loe suka.” Jawab Dista.
Memasuki
hari ketiga MOS
Hari ini mereka tidak disuruh membawa bekal.
Hanya membawa 2 bungkus mie instan dan seperangkat alat tulis untuk baksos.
Hari ini mereka akan resmi menjadi murid di SMA ANGKASA 27. Mereka sangat
antusias sekali menjalani MOS hari itu. Murid-murid baru itu. Sebagian ada yang
ikut ke panti asuhan untuk baksos, sebagian lagi tinggal di sekolah untuk
membersihkan ruangan kelas. Kebetulan,, Dista masuk ke kelompok yang pergi bersama
dengan Darwin, Nindi dan Radit. Dista berusaha menahan amarahnya pada Darwin.
Tapi, tetap saja tidak bisa tersembunyikan. Ia manyun mengetahui hal tersebut.
Nindi berusaha menenangkan Dista. Dan membuat
Dista tidak manyun lagi.tapi, manyunnya Dista kembali datang dan bertambah
setelah Ia tahu kalau Ia harus duduk disamping Darwin. Sepanjang perjalanan
keduanya hanya diam seribu bahasa tanpa ada sepatah kata pun terucap. Darwin
tetap asik dengan MP3 kesayangannya dan tidak memperdulikan Dista yang sedari
tadi manyun terus. Karena tempat duduknya berjauhan dengan Nindi, ia pun
mengirimkan sms pada Nindi.
Dalam sms mereka
“eh,,,
loe enak banget sie bisa duduk ama cowok yang loe suka. Gue nih sengsara abis.”
Gerutu Dista.
“hahahaha...udah...terima
aja nasib.” Balas Nindi.
“Jahat.
Pindah dong..”
“nggak
mau.”
Perjalanan hanya berkisar satu jam, tapi Dista
merasa seperti satu tahun. Dalam kesebelannya, ia pun tertidur. Tak lama
kemudian mereka sampai. Manyunnya Dista berubah menjadi senyum manis penuh iba
ketika melihat anak-anak di panti. Mereka bisa tetap tersenyum walaupun mereka
tidak pernah tau siapa gerangan orang tua mereka. Sejenak ia pun tertunduk
mengingat orang tua nya yang berada di luar negeri. Ia selalu merengek menyuruh
orang tuanya pulang, padahal mereka bekerja juga untuk dirinya. Moment itu
sangat bermakna baginya.
2 jam berlalu rombongan pun kembali ke
sekolah untuk meresmikan penutupan MOS.
“Dengan ini, saya nyatakan. MOS tapel
2010/2011 telah berakhir. Dan selamat datang untuk para siswa baru disekolah
ini. Jadilah siswa siswi yang bermoral dan berprestasi.” Ucap Pak Andika sang Kepsek.
Tepuk tangan riuh mengiringi penutupan MOS
tahun ini. Besok para siswa tersebut sudah diperkenankan mengenakan seragam
sekolahnya.
Hari pertama
pelajaran sekolah
Murid-murid baru telah memasuki kelas
masing-masing. Dista satu kelas dengan Nindi dan Radit. Betapa senangnya ia.
Tapi, ia juga satu kelas dengan si Darwin. Ternyata, Darwin adalah teman Radit
disebuah klub basket di Bandung. Mereka pun terbilang akrab. Dista yang
mengetahui hal itu hanya bisa terbengong-bengong.
Kok
bisa ya, sahabat karibnya itu betah temenan ama cowok super cuek dan nyebelin
kaya si Darwin???. Ya sudahlah, udah takdir kali. Batinnya.
Hari itu belum ada pelajaran. Para guru hanya
berkenalan dan menyuruh murid-murid untuk memperkenalkan diri mereka. Mereka
juga berkenalan dengan wali kelas mereka, yaitu Bu Aulia. Beliau masih muda,
sangat cantik dan rendah hati , umurnya baru 27 tahun. Tapi, ia sudah menikah. Kasihan
deh si cowok-cowok....:p.
Dikelas barunya, Dista segera mendapat banyak
teman. Dan mereka pun dapat langsung akrab. Sejenak Dista sudah akrab dengan
semua teman kelasnya, kecuali satu orang. Darwin. Disaat yang lain sibuk
berkenalan satu sama lain, Darwin tidak sedikitpun berkata dan bergerak dari
tempat duduknya. Ia hanya diam sedari ia sampai di kelas. Dista merasa aneh dan
juga penasaran dengan Darwin. Pikirnya, Darwin adalah sosok yang suka ngomong
dan angkuh. Tapi ternyata Darwin seorang yang pendiam. Ia pun menahan rasa
penasarannya dan berniat menanyakannya pada Radit pulang sekolah nanti.
Saat bel pulang
sekolah berbunyi
Semua siswa telah bersiap untuk pulang.
Setelah guru mengakhiri kelas, mereka pun bergegas keluar dari kelas mereka.
Dista menahan Radit pergi duluan karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan
padanya.
“Dit, tunggu! Jangan pulang dulu. Gue pengin
tanya sesuatu sama loe.” Ucap Dista.
“Aduh, Dis. Loe mau ngomong apa sih????
Sorry, gue nggak bisa sekarang. Gue lagi buru-buru nih. Lain kali aja ya!” jawab
Radit seraya bergegas dan meninggalkan Dista.
“Yaudah deh. Lain kali aja.” Balasnya.
“siip...” kata Radit dari depan kelas seraya
mengacungkan jempol nya.
Dista pun pergi meninggalkan kelas dengan
rasa penasaran yang masih bersarang dibenaknya.
Esoknya di depan
gerbang sekolah .....
Darwin yang merasa bersalah atas
perkataannya. Ia pun minta maaf pada Dista.
“Eh,,loe... Sorry ya.”
Dista pun menoleh dan berkata “loe ngomong
ama gue?”
“ Nggak.
Gue ngomong ama setan.” Balasnya ketus.
“Yaudah.. sana ngomong ama setan. Dasar orang
aneh.” Jawabnya sambil meninggalkan Darwin.
Dikelas.....
“eh nin, , loe tau nggak. Di kelas ini ada
yang bisa ngomong ama setan lho..” kata Dista pada Nindi.
“yang bener loe???? Siapa emang???” tanya
Nindi penuh penasaran.
“itu tuh yang duduk di pojokan.” Jawab Dista
sambil menunjuk kearah Darwin.
“hahahahaha... yang bener aja loe. Masa
sih???? Hahaha... ngawur deh loe.”
“iya. Gue serius. Atau jangan-jangan dia juga setaan lagi...
hiiiiii seremmmm..hahaha” tawanya puas sekali.
“udah-udah. Ntar dia marah lagi.”
“biarin. Gue nggak takut ama dia.”
“Terserah loe lah.”
Sepulang sekolah, barulah Dista mendapat
masalah. Darwin mencegatnya dan membuat perhitungan dengannya.
“Mau loe apa sih?” tanya Darwin.
“Gue? Gue Cuma mau loe minta maaf.”
“Loe budeg ya?? Nggak denger apa tadi pagi
gue minta maaf ke loe????. Perlu gue anterin ke THT????” jawab Darwin ketus.
“Kok loe nyolot sih????? sekarang siapa yang
harusnya marah ama siapa????” balasnya.
“Ahhh ,,terserah loe aja. Dasar cewek aneh.”
Darwin pun berlalu dari hadapan Dista. Dista
siang itu pulang sendiri, karena kebetulan supirnya tidak bisa menjemputnya.
Saat sedang asyik berjalan dan menikmati pemandangan sekitar, tiba-tiba
sekawanan preman menghadangnya. Mereka mengganggu Dista. Dista berusaha
menghindarinya. Untung saja, ada Darwin yang membantunya. Darwin langsung
menghajar premen-preman itu dan Dista pun selamat. Setelah preman pergi, ia pun
mengantarkan Dista pulang karena Dista terlihat sangat syok sekali. Darwin pun
tak tega melihatnya.
Saat sampai dirumah pun, Dista masih sangat
syok. Lalu, Darwin mengabari Nindi dan Radit dan menyuruh mereka untuk datang
ke rumah Dista.
Tak berapa lama
kemudian
Radit dan Nindi sudah berada didepan rumah
Dista. Keadaan Dista mulai membaik. Ia sudah tidak syok lagi. Dista pun
menceritakan segalanya. Radit yang mendengar itu kaget lalu berkisah tentang
Darwin.
“Guys, sebenarnya, Darwin trauma dengan para
preman. Karena tiga tahun yang lalu, pacar Darwin, Afra. Meninggal gara-gara
terbunuh oleh preman. Afra adalah satu-satunya cewek yang sangat dicintai
Darwin. Darwin sangat terpukul atas kejadian itu. Dari saat itu sampai
sekarang, pintu hati Darwin terkunci untuk cewek manapun. Keluarga Darwin dan
bahkan keluarga Afra telah meminta Darwin untuk melupakan Afra dan sesegera
mungkin mencari penggantinya. Tapi, apa boleh dikata, dalam hati Darwin hanya
terukir nama Afra. Baginya, hanya ada Afra.”
“Dia tuh nyesel banget. Pada saat Afra
terbunuh, mereka tuh sedang dalam perjalanan menuju rumah Darwin untuk
merayakan 3rd anniversary hubungan mereka. Dia selalu merasa kalau kematian
Afra disebabkan olehnya.”
“Tragis banget yya. Gue nggak nyangka banget.
Kasihan Darwin.” Ucap Nindi penuh iba.
“Yah,, begitulah. Kita semua juga sedih.
Tapi, gue salut banget ama dia. Meskipun dalam hatinya sangat rapuh, ia nggak
pernah nunjukin rasa sakitnya didepan semua orang. Mereka nggak akan nyangka
kalo dibalik kecuekan Darwin, terselip luka hati yang menganga lebar.”
Dista yang mendengar itu,, tiba-tiba
meneteskan air mata.
“Gue harap loe bisa bantu Darwin untuk
merelakan dan melupakan Afra. Jadilah pelangi dihidupnya. Hapuskan
kesedihannya. Gue tau loe orang yang cocok.” Ucap Radit.
“Kenapa harus gue?” tanya Dista.
“Karena loe mirip banget sama Afra.” Ucap Radit.
“Kalo gitu,, bantu aja, Dis. Kasihan Darwin.
Gue tau kok, kalo loe pasti bisa.” Dukung Nindi.
“Kalian yakin??” tanya Dista.
Serentak Radit dan Nindi pun mengangguk dan
berkata..” yakin..”
Mereka pun tertawa bersama dan menyatukan
tekad..
“Mari kita sembuhkan luka hati Darwin dan
membantunya ceria lagi.” Ucap Radit penuh semangat.
“yyuuukkkk.... marrri
cyyinnnnnnnn...”hahahahhahaha.
Keesokan harinya
disekolah...
Dista bertemu Darwin ditaman sekolah.
“Win, gue ganggu loe nggak???” Kata Dista
mengawali pembicaraan.
Darwin hanya menggeleng tanpa berkata
apa-apa.
”Makasih yya buat kemarin.“ ucap Dista.
“Santai aja. Cuma gitu doang. Nggak usah
terlalu lebay”
Dista yang semula sudah mulai iba pada
Darwin, merasa kesal kembali.
“yaudah. Gue Cuma mau bilang itu doang.”
Katanya sambil beranjak dari samping Darwin.
Darwin hanya diam dan membiarkannya pergi.
3 bulan kemudian.....
Hubungan
Darwin dan Dista tidak mengalami perkembangan. Tapi, ternyata Selama 3 bulan
ini, Dista sudah mulai mencintai Darwin. Diam-diam ia selalu memperhatikan
Darwin.
Sekolah mereka mengadakan Camping. Bagi siswa
kelas 1 diwajibkan untuk ikut. Tiada yang boleh absen. Mereka menuju ke tempat
camping naik bus. Seperti biasa, Dista selalu mendapat jatah duduk disamping
Darwin. Perjalanan pun berlalu begitu saja dan mereka tiba di tempat tujuan
dengan selamat.
Setelah tenda berdiri, Mereka bebas sampai
waktu makan malam. Dista ingin jalan-jalan, tapi Nindi tidak bisa ikut karena
agak kurang enak badan. Jalanlah Dista sendirian. Dista bertemu dengan Darwin
di sungai, saat ia berada didekat Darwin, ada rasa yang tak biasa terasa di
hatinya. Ia pun mencoba menetralkan hatinya terlebih dahulu sebelum memulai
percakapannya dengan Darwin.
“Loe kenapa?” tanya Darwin yang melihat
Dista.
“hemmmhhh.... gue nggak kenapa-kenapa.”
Jawabnya yang masih terkejut.
“Gue minta maaf kalo selama ini gue udah
bersikap kurang baik ke loe. Gue salah. Nggak seharusnya gue sejudes dulu ke
loe. Loe itu baik.” Ungkap Darwin.
“ckkk,, santai aja. Nggak usah lebay”.
Jawabnya singkat.
“loe niru gue. Dasar nggak kreatif.” Ledek
Darwin.
“enak aja loe. Gue tuh kreatif tau...” bantah
Dista.
“Hahaha...iyya,,terserah loe aja.” Balas
Darwin.
Malam hari saat api
unggun.......
Dista yang merasa sudah tidak bisa memendam
perasaaannya, berniat akan mengutarakannya pada Darwin. Nindi dan Radit pun
menyetujui rencana itu. Mereka yakin kalau Darwin akan menerima Dista.
Bertemulah mereka dan terungkaplah semua
perasaan Dista pada Darwin. Tapi sayang, tidak berakhir indah. Darwin
menolaknya. Bukan karena Darwin tidak menyukai Dista. Tapi, Darwin masih belum
bisa melupakan Afra. Darwin takut kalau perasaannya pada Dista hanya karena ada
bayang Afra dalam dirinya. Darwin ingin mencintai Dista sepenuhnya, karena diri
Dista sendiri. bukan karena bayang Afra.
Dista yang kecewa hanya bisa menangis
meninggalkan Darwin dan kembali ke tendanya. Ia ingin pulang, ia tak sanggup
melihat Darwin lebih lama lagi. Padahal masih ada tiga hari tersisa. Esoknya,
Dista mengeluh sakit dan diijinkan pulang oleh panitia. Ya... yang sakit adalah
hatinya. Seperti tersayat pisau tajam, luka yang menganga lebar dan kemudian
tersiram dengan air garam. Sakiiitttttttt.
Radit yang mengetahui hal itu, sangat marah
pada Darwin. Tapi, apalah mau dikata. Ia tak bisa berbuat apapun.
Seminggu
kemudian
Dista
sudah bisa menerima kenyataan bahwa Darwin tidak menyukainya. Ia pun berniat
untuk menghapus rasa cintanya ke Darwin dan melanjutkan hidupnya.
Suatu malam Di sebuah
taman dekat rumah Dista..... Darwin dan Dista bertemu
“Dis,loe nggak apa-apa?” tanya Darwin
“Kenapa gue harus apa-apa?. Gue baik-baik
aja.” Jawab Dista.
“Gue minta maaf.”
“Loe nggak salah apa-apa ke gue. Loe nggak
perlu minta maaf. Mulai sekarang,, gue akan ngelupain rasa gue ke loe.”Jawabnya.
“Jadi, loe udah nyerah sama gue??” tanya Darwin.
“Hmmmmmm..”
“Gue pengen dech ketemu sama ibu peri di
dongeng Cinderella. Dan Gue mau buat permintaan.” Kata Darwin
“Kalo Cuma permintaan, , ngapain harus ketemu
ibu peri?. Tuh ada bintang jatuh. Cepet sana bikin permintaan.” Kata Dista.
“Gue nggak mau bintang jatuh. Karena gue
punya lebih dari satu permintaan.” Jelas Darwin.
“Serakah......hahaha”
“Loe mau tau nggak apa permintaan gue?” promo
Darwin.
“Nggak. Buat apa gue tau. Udah ah. Dah malem.
Gue balik dulu. Loe pulang juga deh, besok kan sekolah. Good night...” ucapnya.
“Ya.” Jawab Darwin pasrah.
“(padahal
gue berharap loe akan tanya apa permintaan gue)”
batin Darwin.
Esoknya, Darwin harus pindah ke luar negeri
dan melanjutkan sekolahnya disana. Darwin pergi dengan membawa perasaannya yang
belum terungkap.
Tiga tahun kemudian,,,kembalilah Darwin ke
Bandung. Mereka semua sudah lulus dan sekarang menjadi mahasiswa di sebuah
Universitas ternama.
Ternyata, dalam jangka waktu tersebut Dista
masih belum bisa melupakan Darwin. Di tempat dan jam yang sama dengan tiga
tahun yang lalu, Darwin bertemu dengan Dista. Disaat itulah,,
“Loe mau nggak denger permintaan gue ke ibu
peri?.” Tanya Darwin.
“Gue mau loe untuk tetap suka gue. Bantu gue
buat lupa sama Afra. Dan menjadi pengisi hati Gue yang kosong.”
Dista yang semula tidak memperhatikan Darwin
sangat kaget mendengarnya. Mereka saling menatap satu sama lain. Mata mereka
bertemu. Dari mata mereka dapat terlihat kalau mereka saling mencintai.
“Dis, gue sayang loe. Loe juga kan?” tanya
Darwin.
“iya. Gue masih tetep sayang loe. Gue nggak
bisa ngelupain loe.” Jawab Dista.
“Jadi, kita resmi nih?”
“Resmi apa? Loe aja belum nembak gue.”
“Dista, Gue suka sama loe. Mau nggak loe jadi
pacar gue?” ucap Darwin.
“iya,, Darwin. Gue mau.”
Sejak malam itu, mereka pun resmi jadian. Mereka
mengabadikan tanggal hari itu disebuah pohon. Esoknya, Dista pergi ke makam
Afra dan menceritakan semuanya. Setelah selesai bercerita, tiba-tiba Darwin
muncul. Berdo’alah mereka bersama untuk Afra. Dalam perjalanan mereka pulang,
mereka bertemu dengan Nindi dan Radit, mereka pun juga sudah resmi jadian,
tepat sehari setelah Dista dan Darwin jadian. Mereka pun merayakan jadian
mereka dengan minum es kacang ijo bersama. Melihat kacang ijo, pikiran mereka
semua kembali ke masa MOS dulu. Hening sejenak dan merekapun tertawa bersama.
“Cinta Dista-Darwin berawal dari 999 butir
kacang ijo”. Celetuk Radit.
Merekapun tertawa bersama lalu Darwin
berkata, “ Masa lalu biarlah berlalu, sekarang tidak ada tangis dan peratapan
lagi. Life must go on.”
“Setuju,,,, “ jawab semuanya serentak.
Mereka semua sangat senang karena ini
berakhir bahagia. Nindi-Radit dan Dista-Darwin. Bersama selamanya.
No comments:
Post a Comment